Tak heran kalau setiap hari kita mendengar ada saja lagu lagu baru yang masuk ke gendang telinga kita lewat tayangan televisi, radio atau dari handphone dan mp3 player kesayangan. Lalu kita-pun terlupa oleh lagu favorit yang baru saja kemarin kita hafal lirik-nya dan tergantikan oleh lagu baru yang lebih enerjik, ada yang lebih melow, dan lain sebagainya.
Rupanya industri musik tanah air telah mencapai puncaknya saat ini, dimana band-band baru bermunculan bak jamur dimusim hujan. Lalu bagaimana dengan para pecinta musik itu sendiri?, apakah mereka menjadi bulan-bulanan lagu baru yang mungkin menurut pasar musik adalah lagu bagus, padahal sehari muncul, besoknya entah kemana grup musik tadi, dilibas oleh pendatang baru.
Bisnis musik ditanah air, memang pernah jaya pada era 70-an, 80-an dan 90-an. Kini dengan datangnya band-band baru atau penyanyi solo pendatang baru, hampir terasa sekali penampilan mereka setiap hari. Namun dari kacamata penulis, pendatang baru dalam industri musik di tanah air hanyalah sebagai penyegar bagi pencinta musik yang haus akan lagu-lagu baru.
Namun sebagai insan pecinta musik, saya sangat tidak setuju kalau ada komentar yang berbunyi , "banyak artis baru yang tidak bisa nyanyi, padahal masih banyak yang bisa nyanyi tetapi tidak se-populer mereka". Soal populer atau tidak , itu adalah masalah waktu, biarlah mereka mengisi ke-anekaragaman musik di tanah air dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Saya sendiri ketika masih kuliah merasakan pahit getir sebagai band yang keliling kampus mengikuti festival band yang sering diadakan, namun akhirnya bubar karena tidak ada produser yang mau melirik band saya. Sampai akhirnya band saya yang bernama "Error" harus membubarkan diri.
Memang berat perjuangan sebuah band musik untuk bisa 'dilirik'. tetapi yang terberat adalah mempertahankan keutuhan group band untuk tetap eksis dan terus berkarya.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk alm. Adi Suryadi (bassist Error)
Rupanya industri musik tanah air telah mencapai puncaknya saat ini, dimana band-band baru bermunculan bak jamur dimusim hujan. Lalu bagaimana dengan para pecinta musik itu sendiri?, apakah mereka menjadi bulan-bulanan lagu baru yang mungkin menurut pasar musik adalah lagu bagus, padahal sehari muncul, besoknya entah kemana grup musik tadi, dilibas oleh pendatang baru.
Bisnis musik ditanah air, memang pernah jaya pada era 70-an, 80-an dan 90-an. Kini dengan datangnya band-band baru atau penyanyi solo pendatang baru, hampir terasa sekali penampilan mereka setiap hari. Namun dari kacamata penulis, pendatang baru dalam industri musik di tanah air hanyalah sebagai penyegar bagi pencinta musik yang haus akan lagu-lagu baru.
Namun sebagai insan pecinta musik, saya sangat tidak setuju kalau ada komentar yang berbunyi , "banyak artis baru yang tidak bisa nyanyi, padahal masih banyak yang bisa nyanyi tetapi tidak se-populer mereka". Soal populer atau tidak , itu adalah masalah waktu, biarlah mereka mengisi ke-anekaragaman musik di tanah air dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Saya sendiri ketika masih kuliah merasakan pahit getir sebagai band yang keliling kampus mengikuti festival band yang sering diadakan, namun akhirnya bubar karena tidak ada produser yang mau melirik band saya. Sampai akhirnya band saya yang bernama "Error" harus membubarkan diri.
Memang berat perjuangan sebuah band musik untuk bisa 'dilirik'. tetapi yang terberat adalah mempertahankan keutuhan group band untuk tetap eksis dan terus berkarya.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk alm. Adi Suryadi (bassist Error)