Ada sesuatu yang mengganjal di benak hati saya, ketika membaca posting rekan sesama blogger yang mengajak bisnis di internet, padahal waktu itu saya masih nol sekali alias buta mengenai internet. Lagipula saat itu saya masih bergantung kepada suatu perusahaan yang menggaji saya teratur setiap bulannya. Tapi kalau kita sebagai karyawan yang ingin berbisnis online...why not, toh kalau sukses menjalankan bisnis di rumah seperti ini, pastinya kita akan mempunyai 2 aliran pemasukan. tul ga'?
Namun kembali pada falsafah Robert T. Kiyosaki yang mengajarkan kepada kita tentang 4 quadran dimana posisi kita sekarang, apakah kita tetap sebagai karyawan yang mendapat gaji perbulan, atau di quadran ke-dua, yaitu memulai sesuatu yang bisa menghasilkan asset untuk kita di masa depan alias menjadi pemilik sebuah bisnis (kalo ga salah lho..).
setelah mencoba beberapa bulan berbisnis di internet, saya mulai merasakan semangat yang hampir sama ketika saya memulai bisnis offline beberapa tahun silam. Namun bisnis offline memang keras, namun sebenarnya sama kerasnya dengan bisnis online, hanya perbedaannya di bisnis online kita lebih cenderung berlama-lama di depan monitor komputer kita.
Di bisnis offline pada waktu itu, saya mencurahkan segala waktu tenaga dan pikiran untuk lebih mengembangkan jaringan, terutama downline-downline saya yang berada di pelosok-pelosok daerah. dan terus menyemangati mereka untuk terus bergerak demi kesuksesan mereka juga, namun apa daya, seiring perjalan waktu akhirnya bisnis offline saya rontok juga walau cukup menghasilkan, saya tetap mensyukurinya.
Apa yang sangat menarik yang bisa ditarik dari pengalaman saya diatas. Ternyata berbisnis online lebih cenderung membutuhkan personalitas yang dinamis, dalam artian kita harus terus bergerak mengikuti perkembangan yang ada di internet.
Dari segi modal, bisnis online tidak kalah dalam segi pendanaan, sebut saja misalnya dana untuk biaya koneksi internet, membeli domain dan hosting, apalagi modal waktu yang sangat berharga, karena di dunia internet marketing, waktu yang tertinggal sebentar akan lebih jauh meninggalkan kita apabila kita tidak mempergunakan sebaik-baiknya.
So..., kembali lagi ke topik semula, apakah seorang karyawan yang melakukan bisnis di rumah itu dilarang hukumnya?. Saya rasa bukan rahasia umum lagi, bisnis sampingan alias obyekan sangat populer saat ini, dimana saat ini banyak orang lebih sering memutar otak-nya agar bisa memenuhi kebutuhannya.
Namun kembali pada falsafah Robert T. Kiyosaki yang mengajarkan kepada kita tentang 4 quadran dimana posisi kita sekarang, apakah kita tetap sebagai karyawan yang mendapat gaji perbulan, atau di quadran ke-dua, yaitu memulai sesuatu yang bisa menghasilkan asset untuk kita di masa depan alias menjadi pemilik sebuah bisnis (kalo ga salah lho..).
setelah mencoba beberapa bulan berbisnis di internet, saya mulai merasakan semangat yang hampir sama ketika saya memulai bisnis offline beberapa tahun silam. Namun bisnis offline memang keras, namun sebenarnya sama kerasnya dengan bisnis online, hanya perbedaannya di bisnis online kita lebih cenderung berlama-lama di depan monitor komputer kita.
Di bisnis offline pada waktu itu, saya mencurahkan segala waktu tenaga dan pikiran untuk lebih mengembangkan jaringan, terutama downline-downline saya yang berada di pelosok-pelosok daerah. dan terus menyemangati mereka untuk terus bergerak demi kesuksesan mereka juga, namun apa daya, seiring perjalan waktu akhirnya bisnis offline saya rontok juga walau cukup menghasilkan, saya tetap mensyukurinya.
Apa yang sangat menarik yang bisa ditarik dari pengalaman saya diatas. Ternyata berbisnis online lebih cenderung membutuhkan personalitas yang dinamis, dalam artian kita harus terus bergerak mengikuti perkembangan yang ada di internet.
Dari segi modal, bisnis online tidak kalah dalam segi pendanaan, sebut saja misalnya dana untuk biaya koneksi internet, membeli domain dan hosting, apalagi modal waktu yang sangat berharga, karena di dunia internet marketing, waktu yang tertinggal sebentar akan lebih jauh meninggalkan kita apabila kita tidak mempergunakan sebaik-baiknya.
So..., kembali lagi ke topik semula, apakah seorang karyawan yang melakukan bisnis di rumah itu dilarang hukumnya?. Saya rasa bukan rahasia umum lagi, bisnis sampingan alias obyekan sangat populer saat ini, dimana saat ini banyak orang lebih sering memutar otak-nya agar bisa memenuhi kebutuhannya.